Kajian literatur

  1. Buku The Personal Branding Phenomenon oleh Peter Montoya merumuskan bahwa personal branding memiliki delapan konsep, yaitu spesialisasi (law of specialization), kepemimpinan (law of leadership), kepribadian (law of personality), perbedaan (law of distinctiveness), kenampakan (law of visibililty), kesatuan (law of unity), keteguhan (law of persistence) dan nama baik (law of goodwill).
  2. Buku The Brand Called You oleh Peter Montoya dan Tim Vandehey berpendapat bahwa personal brand is you yaitu personal brand merupakan gambaran tentang nilai kepribadian, keahlian, dan kualitas diri yang dimiliki. Seseorang dalam membangun personal brand harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali siapa dirinya sebenarnya seperti mengetahui potensi diri yang dimiliki, bagaimana kepribadian dan spesialisasi apa yang dimiliki.
  3. Buku Personal brand-INC oleh Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu mengemukakan bahwa keberadaan personal brand memiliki fungsi dan tujuan tertentu, yaitu: (a) memperkenalkan dan mempertajam citra diri seseorang, (b) memudahkan orang lain untuk mengingat kita, (c) memudahkan dalam menentukan pilihan, dan (d) berkarier secara fokus.
  4. Buku The Power of Branding oleh Timothy P. O’Brien menjelaskan bahwa personal brand merupakan identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut. Personal brand adalah apa yang dirasakan, dipikirkan, dipahami oleh orang lain terhadap diri seseorang. Hal tersebut merupakan sesuatu yang dapat terlihat pada seorang individu dari luar melalui kemasan dan pemasaran nilai-nilai inti individu tersebut, faedah, dan talenta hingga mencapai pengaruh terbaik.
  5. Peter Montoya dalam buku Authentic Personal Branding: A New Blueprint for Building and Aligning a Powerful Leadership Brand karya Hubert K. Rampersad mengatakan ada tiga kategori bisnis yang membutuhkan personal branding: (1) Independent service professionals (aktor, agensi, artis, atlit, penulis, penasehat hukum, konsultan, desainer, dokter gigi, dan sebagainya), (2) personal service business (pemilik gym, auto shops, toko-toko, dan sebagainya), (3) value-adding product sellers (dealer otomotif, toko buku, penerbit, toko kaset, retail, dan sebagainya). Mereka membutuhkan personal brand untuk mempengaruhi orang-orang penting yang berhubungan dengan usaha mereka.

Dapat disimpulkan dari kriteria personal branding Peter Montoya dan Rampersad, Rio Purba memunculkan kriteria spesialisasi, kepemimpinan, perbedaan, kepribadian, terlihat, keteguhan dan nama baik. Pada kriteria kesatuan ini yang masih menjadi kurang akurat, karena membutuhkan data secara langsung kepada Rio Purba untuk memastikan bahwa personal branding yang dibangun sesuai dengan etika di kehidupan nyata. Sosok dari Rio Purba yang digambarkan setelah dilakukan analisis adalah sebagai influencer yang matang karena dirinya bisa menampilkan spesialisasi, lalu dapat memimpin para penontonnya juga, memiliki gaya hidup mandiri dan tidak mudah menyerah, dapat menjadikan profesi seorang Brand Designer menjadi lebih berkembang dengan membangun studionya sendiri, serta memiliki sopan santun dan etika yang baik ketika berbicara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Film At Eternity's Gate dengan menggunakan teori semiotika

Kajian Semiotika dalam Visual Branding dan Personal Branding Rio Purba